Selasa, 30 November 2010

Laporan Observasi MBS Kelompok 2



LAPORAN OBSERVASI
 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
SD NEGERI SIDOREJO LOR 01 SALATIGA
Dosen  : Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
1.      Lilik Suryani                               (292008017)
2.      Dhimas Luthfi Herjunanto           (292008021)
3.      Ulfi Sindu Nugroho                     (292008049)
4.      Ida Sulistyarini                            (292008064)
5.      Prisky Chitika                             (292008129)
6.      Tri Handayani                             (292008151)
Kelas               : D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2010
 
ABSTRAKSI
            Observasi di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga dilakukan mulai pada tanggal 6 Oktober 2010 dan 13 Oktober 2010 yang dilakukan oleh kelompok kami yang beranggotakan Lilik Suryani, Dhimas Luthfi Herjunanto, Ulfi Sindu Nugroho, Ida Sulistyarini, Prisky Chitika, dan Tri Handayani. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung pelaksanaan Management Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga.
            Kepala SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga berperan sebagai narasumber pokok dalam observasi ini. Selain itu informasi diperoleh dari dokumen-dokumen akurat dari SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga dan observasi langsung dilaksanakan di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga.
            Setelah semua data diolah diketahui bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga sudah baik, terutama ditinjau dari tiga pilar MBS, maka sudah berjalan dengan cukup seimbang dan pihak sekolah akan tetap mengadakan peningkatan-peningkatan sehubungan dengan hal tersebut.
Kata Kunci       : Penerapan MBS, SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah dilimpahkan-NYA kepada penulis baik berupa kesehatan, kelancaran berfikir dalam berkarya serta segala kemudahan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik, karena tanpa campur tangan-NYA Penulis tidak dapat menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik.
Laporan observasi ini berisi tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga. Penerapan tiga pilar MBS dalam pelaksanaan pendidikan di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Prof. Dr. Slameto, M.Pd, Selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
2.      Bapak Poerwanto, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga
3.      Semua guru dan staf karyawan SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga
4.      Teman-teman di PGSD kelas D angkatan 2008, serta semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga laporan ini berguna bagi Penulis pribadi dan seluruh pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga penulis dapat berkarya  lebih baik lagi.


Salatiga,     Oktober  2010


BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.
Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan mayarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa.
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu menciptakan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sekolah kurang menjamin masa depan anak yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan di muka, perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak.
Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yang otomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya seperti kehutanan, pertanian, koperasi dan pariwisata. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian didorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana prasarana, ketenagaan, maupun berbagai program pembelajaran yang direncanakan sekolah.
Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, sebagai pengganti undang-undang nomor 2 tahun 1989. Salah satu Isu penting dalam undang-undang tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam pengembangan sektor pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1 bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan. Demokratisasi pendidikan merupakan implikasi dari dan sejalan dengan kebijakan mendorong pengelolaan sektor pendidikan pada daerah, yang implementasinya ditingkat sekolah, baik rencana pengembangan sarana, dan alat ketanagaan, kurikulum serta berbagai program pembinaan siswa, semua diserahkan pada sekolah untuk merancangnya serta mendiskusikannya dengan mitra horizontalnya dari komite sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, MBS tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Dengan latar belakang tesebut jelas bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan penidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik karena MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, oleh karenanya penulis tertarik untuk mengetahui apakah penerapan konsep manajemen berbasis sekolah di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan MBS pada umumnya sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga.
B.       TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
2.      Mengetahui implementasi MBS yang dilakukan di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
C.       OBJEK TELAAH
Objek yang kami telaah pada kegiatan observasi adalah tentang sistem pengorganisasian dan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
D.      PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan observasi dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2010 dan 13 Oktober 2010 di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
Metodologi Penelitian
Data hasil kegiatan ini kami lakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga



BAB II
PEMBAHASAN
A.       KAJIAN TEORI
1.      Konsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
a.       Pengertian Manajemen berbasis Sekolah MBS
Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari School Based Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut beberapa ahli:
Ø  Menurut E. Mulyasa
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan
Ø  Menurut Nanang Fatah
MBS merupakan pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal Local Stakeholder
Ø  Menurut Bedjo Sudjanto
MBS merupakan model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah. Disamping itu, MBS juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah yang dilayani dengan tetap selaras pada kebijakan nasional pendidikan
Jadi, MBS merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses pendidikan dengan memberikan mereka tanggung jawab untuk memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum.
2.        Karakteristik MBS
MBS memiliki karakter yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, karakteristik tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu yang lain. MBS memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Adanya otonomi yang luas kepada sekolah
b.      Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi
c.       Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional
d.      Adanya team work yang tinggi, dinamis dan profesional
Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat dilihat pula melalui pendidikan sistem. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan. Sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik MPMBS berdasarkan berdasarkan pada input, proses dan output.
1.        Input Pendidikan
Dalam input pendidikan ini meliputi:
a)      Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas
b)      Sumber daya yang tersedia dan siap
c)      Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
d)      Memiliki harapan prestasi yang tinggi
e)      Fokus pada pelanggan
2.      Proses
Dalam proses terdapat sejumlah karakter yaitu:
a)      PBM yang memiliki tingkat efektifitas yang tinggi
b)      Kepemimpinan sekolah yang kuat
c)      Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
d)      Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
e)      Sekolah memiliki budaya mutu
f)        Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis


3.        Output yang diharapkan
Output Sekolah adalah Prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajarn dan manajemen di sekolah. Pada umumnya output dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi akademik yang berupa NEM, lomba karya ilmiah remaja, cara-cara berfikir ( Kritis, Kreatif, Nalar, Rasionalog, Induktif, Deduktif dan Ilmiah. Dan output non akademik, berupa keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, toleransi, kedisiplinan, prestasi olahraga, kesenian dari para peserta didik dan sebagainya. Karakteristik MBS bisa diketahui juga antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumberdaya manusia,dan pengelolaan sumber daya administrasi.
Sementara itu, menurut Depdiknas fungsi yang dapat didesentralisasikan ke sekolah adalah sebagai berikut:
1)      Perencanaan dan evaluasi program sekolah
Sekolah di beri kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, Sekolah juga diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri.
2)      Pengelolaan Kurikulum
Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga di beri kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.
3)      Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Sekolah di beri kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.
4)      Pengelolaan ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.
5)      Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian atau penggunaan uang sudah   sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Sekolah juga harus di beri kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah.
6)      Pelayanan siswa
Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
7)      Hubungan sekolah dan masyarakat
Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
3.        Tujuan MBS
Tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.
Sementara itu baik berdasarkan kajian pelaksanaan dinegara-negara lain, maupun yang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan UU sisdiknas NO. 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1: Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek yaitu: kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektifitas dan efisiensi, serta akuntabilitas.
1.      MBS bertujuan mencapai mutu quality dan relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya. Mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan yang bermutu sekaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteksnya. Bagi yang memisahkan keduanya, maka mutu lebih merujuk pada dicapainya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti nilai ujian atau prestasi lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada manfaat dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam berbagai lingkup/tuntutan kehidupan (dampak), termasuk juga ranah pendidikan yang tidak diujikan.
2.      MBS bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu disekolah yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk belajar, maka MBS memberi keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani setiap anak dengan latar belakang social ekonomi dan psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak berkembang secara optimal. Sungguhpun antara sekolah harus saling memacu prestasi, tetapi setiap sekolah harus melayani setiap anak (bukan hanya yang pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan ini begitu penting, sehingga para ahli sekolah efektif menyingkat tujuan sekolah efektif hanya mutu dan keadilan atau .quality and equity.
3.      MBS bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Efektifitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-gunaan semua input yang dipaki dalam proses pendidikan disekolah, sehingga menghasilkan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan (sesuai tujuan). Efektif-tidaknya suatu sekolah diketahui lebih pasti setelah ada hasil, atau dinilai hasilnya. Sebaliknya untuk mencapai hasil yang baik, diupayakan menerapkan indikator-indikator atau cirri-ciri sekolah efektif. Dengan menerapkan MBS diharapkan setiap sekolah, sesuai kondisi masing-masing, dapat menerapkan metode yang tepat (yang dikuasai), dan input lain yang tepat pula (sesuai lingkungan dan konteks social budaya), sehingga semua input tepat guna dan tepat sasaran. Atau dengan kata lain, efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai uang yang dikeluarkan atau harga (cost) untuk memenuhi semua input (proses dan semua input yang digunakan dalam proses) dibandingkan atau dihubungkan dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
4.      MBS bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen semua stake holders. Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertanggung jawaban sekolah lebih pada masalah administratif keuangan dan bersifat vertical sesuai jalur birokrasi. Pertanggung jawaban yang bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti nasional, maupun pusatpusat birokrasi di bawahnya),tanpa pertanggung jawaban hasil pelaksanaan program.
B.       HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
·        Deskripsi Penelitian
1.      PROFIL SEKOLAH
Nama SD                                           : SD Negeri Sidorejo Lor 1
Status Sekolah                                   : Negeri
No. Statistik Sekolah                         : 101036203013
Alamat                                               : Jalan Diponegoro 134 Telp. (029.312828)
                                                           Salatiga
Nama Kepala Sekolah                       : Poerwanto, M.Pd
No. SK Pendirian/Tahun                    : 4212.2/008385/97/ tanggal 29/12/1997
Instansi                                               : UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
                                                       Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Luas Lahan                                        : 6. 668 m2
Luas Bangunan                                   : 1.097 m2
Luas Pekarangan                                : 5.571 m2
Banyak Bangunan                               : 13 unit yang terdiri dari 7 ruang kelas, 1 ruang
                                                            kantor Kepala Sekolah dan 1 Kantor guru, 1
  ruang perpustakaan/kesenian dan 3 rumah dinas
  (rusak berat), 1 lab IPA, Matematika dan 1
  Mushola, 3 PKG, 1 Parkir, 1 Satpam, 2 WC
  Keadaan Personal
Kepala Sekolah                                  : 1 orang (PNS)
Guru Kelas                                         : 6 orang (PNS) dan 2 orang guru wiyata bakti
Guru Pendidikan Agama Islam            : 2 orang (PNS)
Guru Pendidikan Agama Kristen         : 1 orang (PNS)
Guru Olahraga                                    : 1 orang
Petugas Tata Usaha                            : 1 orang
Penjaga Sekolah                                 : 1 orang
Satpam                                              : 1 orang
Situasi di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga sangat edukatif dan nyaman untuk proses pembelajaran, sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Penerapan MBS di sekolah ini sudah dilakukan mulai tahun pelajaran 1999/2000 walaupun pada saat itu MBS belum terlalu dikenal.
Adapun visi dan misi SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga adalah sebagai berikut:
Visi Sekolah
Unggul dalam Prestasi, Teguh dalam imtaq, dan Luhur dalam Budi Pekerti
Misi Sekolah
1.      Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan menyenangkan
2.      Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dianut siswa
3.      Menyediakan wahana pendidikan kecakapan hidup dibidang seni, olahraga, dan IPTEK
4.      Menerapkan pendidikan budi pekerti dalam seluruh aspek kehidupan siswa dan seluruh warga sekolah
Keunggulan SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
Ada pun yang menjadi keunggulan SD Sidorejo Lor 01 Salatiga adalah sebagai berikut:
1.      Dukungan orang tua siswa yang sangat baik demi kemajuan sekolah, misalnya dalam peningkatan fasilitas yang ada di sekolah seperti penyediaan lahan parkir, gapura sekolah, pos satpam, laboratorium komputer, dan tempat ibadah seperti mushola dan ruang agama Kristen
2.      Guru – guru yang mengajar sudah berpendidikan S1 baik guru kelas maupun guru mata pelajaran
3.      Sudah memiliki petugas tata usaha sendiri
4.      Prestasi di bidang akademik dan ekstrakurikuler:
a.       Juara I Olimpiade Matematika se-Salatiga tahun 2008.
b.      Juara III lomba Dokter Kecil tingkat se-Salatiga.
c.       Juara I lomba Tenis Putra tingkat se-Salatiga
d.      Juara I lomba Tenis Putri tingkat se-Salatiga.
e.       Juara I lomba Senam Lantai tingkat se-Salatiga
f.        Perwakilan Kota Salatiga untuk lomba Tenis dan Senam Lantai tingkat karesidenan dan provinsi.
g.       Peringkat 6 lomba catur tingkat provinsi.
5.      Sekolah negeri pertama yang memiliki pos satpam dan satpam di Salatiga.
6.      Titik pantau penilaian Adipura Kota Salatiga.
·          Hasil Observasi
Pelaksanaan MBS di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga sudah dimulai sejak tahun pelajaran 1999/2000. SD Negeri Sidorejo Lor 01 merupakan Sekolah Dasar Negeri dibawah koordinasi instansi UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
1.        Manajemen Kurikulum dan Pengembangan Sekolah
Pelaksanaan Manajemen Kurikulum dan Pengembangan Sekolah yang sudah dilakukan oleh SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah baik. Dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan termasuk dalam kategori baik. Dapat dilihat terperinci tentang materi antara lain: materi kurikulum inti masih mengacu kepada tingkat pusat dan materi kurikulum muatan lokal disusun berdasarkan potensi dan keunggulan sekolah. Untuk mencapai hasil belajar yang baik sekolah merencanakan proses belajar mengajar yang dapat dilihat diantaranya pembuatan rencana pembelajaran tahunan, rencana pembelajaran semester, dan perumusan tujuan. Pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas yang meliputi penggunaan metode pembelajaran yang menarik, pemanfaatan sumber belajar yang ada, suasana pembelajaran dalam kelas, aktifitas guru dan murid didalam kelas. Evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk dalam kategori baik yaitu dilakukan dengan cara melakukan ulangan berkala, memberikan tugas kepada siswa, memberitahukan hasil penilaian, serta mengadakan remidial bagi siswa yang kurang dalam belajarnya dan mengadakan pengayakan bagi siswa yang mampu dalam belajarnya.
2.        Manajemen Siswa
Pelaksanaan manajemen siswa di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah berlangsung dengan baik. Sekolah telah menerapkan tiga hal dalam manajemen siswa yaitu: pencatatan kemajuan belajar siswa yang dilakukan dengan cara pencatatan dan ketatalaksanaan siswa dengan bentuk buku induk siswa, buku presensi, buku catatan mingguan, buku rapor, buku mutasi, serta pelaporan kepada orang tua siswa tentang hasil belajar siswa yang dilakukan secara periodik. Bimbingan dan pembinaan disiplin siswa meliputi bimbingan dan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar baik dari segi emosional dan dari segi sosial serta bertanggung jawab atas pengendalian disiplin pada siswa.
3.        Manajemen Ketenagakerjaan
Pelaksanaan manajemen ketenagakerjaan di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari sekolah ini sudah memiliki petugas tata usaha sendiri dan sekarang juga sedang dalam proses melanjutkan studi di S1 Perpustakaan. Evaluasi kinerja juga dilakukan untuk melihat sejauh mana prestasi individu yang diraih dan sejauh mana peran sertanya dalam kegiatan sekolah.
4.        Manajemen Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah baik. Hal ini dapat dilihat yang ditujukan pada guru ini antara lain: perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana, penyimpanan inventarisasi sarana, pemeliharaan dan perbaikan sarana yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk, pemeliharaan bangunan fisik.
5.        Manajemen Anggaran atau Biaya
Pelaksanaan manajemen Anggaran atau Biaya di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tiga hal yang sudah dilakukan oleh sekolah yaitu perencanaan, penggunaan dana, dan pertanggungjawaban. Penjabaran dari hal tersebut adalah sebagai berikut, sekolah merencanakan anggaran secara matang untuk lancarnya proses belajar mengajar, keuangan sekolah berasal dari pemerintah dan sumbangan sukarela yang dilakukan oleh orang tua siswa yang mau memberikan sumbangan. Keuangan digunakan untuk kegiatan sekolah dan perawatan gedung sekolah dan sekolah secara rutin dan berkala melaporkan penggunaan dana yang telah digunakan oleh sekolah kepada orang tua siswa.
6.        Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi orang tua siswa demi kemajuan dan kelancaran proses belajar mengajar siswa di sekolah yaitu dengan kesukarelaan orang tua siswa secara gotong royong dan tidak ada paksaan dari sekolah untuk memberikan sumbangan sukarela untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah demi kelancaran proses belajar mengajar.
7.        Manajemen Layanan Khusus
Pelaksanaan manajemen layanan khusus di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator layanan khusus yaitu manajemen perpustakaan, kesehatan sekolah, dan keamanan sekolah. Salah satunya dapat dilihat dengan adanya layanan keamanan yang diberikan oleh sekolah ini dengan adanya satpam.
Implementasi MBS di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
Secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah baik dengan melalui strategi- strategi berikut ini:
1.      Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil.
2.      Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.
3.      Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam MBS berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu.
4.      Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru.
5.      Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep MBS itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa, sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata.
6.   Adanya guidlines dari Departemen Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. Artinya, tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.
7.      Sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabannya setiap tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait.
8.      Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usaha MBS harus lebih terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa.
9.      Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan capacity building mengadakan pelatihan pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
Langkah-Langkah yang ditempuh oleh SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga
1.      Evaluasi diri self assessment
Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi sekolah yang ingin, atau akan melaksanakan manajemen mutu berbasis sekolah.Kegiatan ini dimulai dengan curah pendapat brainstorming yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan seluruh staf, dan diikuti juga anggota komite sekolah. Prakarsa dan pimpinan rapat adalah kepala sekolah.
2.      Perumusan Visi, Misi, dan tujuan
Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan misi serta tujuan merupakan langkah awal / pertama yang harus dilakukan yang menjelaskan kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/ penyelenggara pendidikan. Dalam kasus sekolah/madrasah negeri kepala sekolah bersama guru mewakili pemerintah kabupaten/kota sebagai pendiri dan bersama wakil masyarakat setempat ataupun orang tua siswa harus merumuskan kemana sekolah kemasa depan akan dibawa, sejauh tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU No. 23 th 2003 tentang Sisdiknas.
3.      Perencanaan
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjawab: apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannnya untuk mewujudkan tujuan (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan / disepakati pada sekolah yang bersangkutan, termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan, prosedurnya serta metode pelaksanaannya untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau satuan organisasi. Perencanaan oleh sekolah merupakan persiapan yang teliti tentang apa-apa yang akan dilakukan dan skenario melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam bentuk tertulis. Dikatakan teliti karena ia harus menjelaskan apa yang akan dilakukan, seberapa besar lingkup cakupan kuantitatif dan kualitatif yang akan dikerjakan, bagaimana, kapan dan berapa perkiraan satuan-satuan biayanya, serta hasil seperti apa yang diharapkan.
4.      Pelaksanaan
Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang umumnya kita kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/penggerakkan atau pemimpinan dan kontrol/pengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk sekolah) sudah dibahas. Didalam pelaksanaan tentu masih ada kegiatan perencanaan-perencanaan yang lebih mikro (kecil) baik yang terkait dengan penggalan waktu (bulanan, semesteran, bahkan mingguan), atau yang terkait erat dengan kegiatan khusus, misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Dengan adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi yang terjadi pada saat ini, pemerintah daerah bertanggung jawab atas kinerja daerahnya masing - masing, termasuk juga dalam manajemen pendidikannya. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah suatu paradigma baru dalam mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga merupakan kebijakan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah sesuai dengan kemampuan dan keunggulan sekolah. MBS diprakarsai oleh tiap sekolah dan masing – masing daerah serta terdapat tindak lanjut dari setiap tingkat manajemen sampai dengan pada tingkat pusat. Berdasarkan hasil dari observasi yang kami lakukan di SD Negeri Sidorejo Lor 1 Salatiga menunjukkan bahwa implementasi dari pelaksanaan MBS di sekolah tersebut telah berjalan dan sesuai dengan tiga pilar MBS yaitu Manajemen Sekolah, PAKEM, dan Peran Serta Masyarakat dan berkriteria baik.
B.       Saran
Saran dari kelompok kami adalah dengan melakukan kegiatan observasi di SD Negeri Sidorejo Lor 01 ini kita dapat lebih mengetahui dan mempelajari tentang implementasi MBS di sekolah. Dari sini kami belajar pelaksanaan MBS di SD Negeri Sidorejo Lor 01 sudah berjalan dengan baik, walaupun masih terdapat beberapa kendala namun dari pihak sekolah sudah berusaha untuk mewujudkan pelaksanaan MBS yang baik di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Harapan kami semoga SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga dapat menjadi lebih baik lagi dari sekarang dan tentunya dapat melalui kendala – kendala yang dihadapi pada saat ini agar menjadi sekolah yang bermutu dan sekolah yang terbaik di Salatiga. Dan tentunya meningkatkan kualitas agar lebih baik lagi dari apa yang sudah diraih dan dilaksanakan pada saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, Mohammad dkk. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas
http://gurutrenggalek.blogspot.com/2009/12/implementasi-mbs-di-indonesia.html
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Jakarta.
Abu-Duhou, I. 1999. Scholl-Based Management. United Nation Education Scientific and Cultural Organization, Paris: UNESCO.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar